ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM DALAM
BIDANG PERTANIAN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Taksiologi Lingkungan
Dosen Pengampu : Lianah, M.Pd
Disusun oleh
Ghani Ghaffar G (113811005)
Ahmad Naufal A (113811008)
Lailatus Sa’adah (113811012)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM DALAM BIDANG PERTANIAN
I. PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas area pertanian di seluruh daerah. Bukan hal yang aneh lagi jika mayoritas penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Bertani boleh dikatakan sebagai tatacara hidup sebagain besar rakyat Indonesia, yang telah memiliki latar belakang sejarah yang cukup lama. Menurut perkiraan kasar pada tahun 1973, dari 45.000.000 tenaga kerja di Indonesia, kurang lebih 30.000.000 adalah petani.[1] Maka dari itu, Peran para petani Indonesia sangatlah besar bagi kelangsungan hidup rakyat. Walaupun Indonesia masih selalu mengimpor beras dari luar negeri karena dengan kesediaan pangan yang dihasilkan para petani tidaklah mencukupi kebutuhan rakyat.
Dalam pertanian tak lepas dari faktor-faktor penyebab kelangsungan pertanian. Perubahan iklim merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi berlangsungnya pertanian. Cuaca yang selalu berubah tiap waktu sangat mempengaruhi proses pertanian. Pengaruh udara pun mempengaruhi kesejahteraan tanaman dalam pertanian, baik berpengaruh langsung maupun tak langsung. Dalam makalah ini akan dipaparkan berbagai macam perubahan iklim yang ikut andil dalam proses berlangsungnya pertanian, dampak beserta antisipasi dari dampak yang disebabkan perubahan iklim dalam bidang pertanian.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perubahan iklim?
2. Apa dampak yang disebabkan dari perubahan iklim dalam bidang pertanian?
3. Bagaimana antisipasi terhadap perubahan iklim dalam bidang pertanian.
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian Perubahan Iklim
ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى ا لْبَرِّ وَ الْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِ ى النَّا سِ لِيُذِ يْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِ يْ عَمِلُوْالَعَلَّهُمْ يَرْ جِعُوْ نَ (41) [سو ر ة الر و م ]
Artinya : “Telah tampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar kembali (ke jalan yang benar)”.[2]
Berdasarkan ayat di atas, telah jelas bahwa jauh sebelum kerusakan lingkungan yang terjadi seperti saat ini, Allah melalui firman – Nya dalam Al – Qur’an telah memfirmankan bahwa kerusakan lingkuangan akan terjadi akibat dari ulah tangan – tangan manusia. Maha Besar Allah dengan segala firman – Nya.
Menurut undang - undang nomer 23 tahun 1997 Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan mahkuk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lainnya.[3]
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, iklim memiliki arti keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama (30 tahun).[4]
Iklim sendiri memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan di bumi baik bagi hewan, tumbuhan, dan manusia. Bagi dunia pertanian, iklim sangat menentukan keberhasilan usaha pertanian.
Pentingnya iklim bagi pertanian memang tidak dapat dipungkuri. Seperti yang disebutkan di atas, iklim berperan bagi keberhasilan pertanian itu sendiri. Namun, sayangnya, keadaan iklim saat ini sangat berbeda dengan keadaan pada masa dahulu. Saat ini, perubahan iklim sangat tidak bisa diprediksi.
Perubahan iklim sendiri memiliki makna berubahnya suatu keadaan cuaca pada daerah tertentu yang tidak seharusnya terjadi pada saat itu. Perubahan ini sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam hal yang akan dibahas pada materi bahasan berikutnya.
2. Dampak yang disebabkan perubahan iklim dalam bidang pertanian
Perubahan iklim yang terjadi ini, diakibatkan oleh terjadinya efek rumah kaca yang menyebabkan suhu udara di bumi menjadi makin panas. Hujan asam juga merupakan salah satu jenis penyebab perubahan iklim bumi.
Sektor pertanian sangat sensitif terhadap variasi iklim. Kekeringan yang dialami 36 negara pada tahun 2008 mengguncang ketahanan pangan dunia. Prediksi musim panas tahun 2040-2060 "warmer than warmest on record" dari Science AAAS, 2009, menampilkan wilayah mana di dunia yang kemungkinan akan lebih panas di banding tingkat panas yang mungkin terjadi. Sementara itu, kenaikan suhu di Indonesia sendiri diprediksi mencapai 70-90%.
Di Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk daerah yang rentan terjadi perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut berupa berubah-ubah nya pola curah hujan, kenaikan permukaan air laut, dan suhu udara. Hal tersebut menyebabkan dampak yang amat serius yang dapat menyebabkan kejadian ekstrim yang berupa kekeringan dan banjir.
Akibat perubahan iklim ini, pada tahun 2050 Asia meliputi Asia Tenggara (Indonesia masuk di dalamnya) dapat diperkirakan akan mengalami kekurangan pangan sebesar 125 juta metrix ton. Tantangan ini menjadi semakin besar bagi Indonesia, dengan adanya fakta bahwa lima tahun terakhir telah terjadi penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dari 115 menjadi 98. Bahkan data dari International Fund Of Agriculture Development (IFAD) menunjukkan 75% dari 1,2 Milyar orang miskin berada di perdesaan/pertanian.
Di Indonesia, perubahan iklim ini akan menyebabkan:
a. Seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah subtropis;
b. Wilayah selatan Indonesia mengalami penurunan curah hujan, sedangkan wilayah utara akan mengalami peningkatan curah hujan. Perubahan pola hujan tersebut menyebabkan berubahnya awal dan panjang musim hujan.
3. Antisipasi perubahan iklim bidang pertanian
Perubahan iklim dalam bidang pertanian menyebabkan banyak kerugian khusus nya kepada petani. Petani kesulitan untuk menanam tanaman yang cocok dengan keadaan iklim atau cuaca, karena iklim yang saat ini terjadi sangat tidak menentu dan sering berubah-ubah. Ituah yang jadi pembahasan saat ini, bagaimana antisipasi atau solusi alternatife dalam mengatasi perubahan iklim pada bidang pertanian.
Strategi antisipasi dan teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus menjadi rencana strategis dalam rangka menyikapi perubahan iklim. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan pertanian yang tahan (resilience) terhadap variabilitas iklim saat ini dan mendatang.
Upaya sistematis dan terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna menyelamatkan sektor pertanian.
Salah satu contoh strategi adaptasi yang coba dikembangkan yakni penggunaan tanaman transgenik yang dapat tumbuh di lahan kering karena tidak perlu pembajakan sehingga mengurangi penggunaan bahan bakar. Tanaman transgenic adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang berbeda atu makhluk hidup lainnya.
Penggabungan ini bertujuan untuk mendapat tanaman dengan sifat yang diinginkan. Sifat – sifat yang biasa direkayasa adalah sifat tahan akan serangan hama, tahan terhadap suhu ekstrim, lebih cepat berbuah, menghasilkan buah yang bagus dan juga berkualitas.
Selain strategi adaptasi tersebut, perlunya pemahaman yang baik terhadap fenomena dan dampak perubahan iklim global pada sektor pertanian dan strategi antisipasi yang harus dilakukan dalam menanggulangi dampak perubahan iklim, terutama kekeringan dan banjir perlu adanya :
v Standard Operating Procedure (SOP) tentang informasi perubahan iklim serta mekanisme penyampaiannya kepada para pelaku pertanian (terutama petani).
v Sekolah Lapang Pertanian (SLP) yang terintegrasi untuk berbagai aspek seperti pengelolaan informasi iklim atau air, pengendalian hama terpadu, agribisnis, dan lain-lain.
Di bidang pertanian, prosedur yang umum adalah lebih ditekankan adanya upaya mengatur iklim dari pada mengubahnya.[5]Modifikasi temperature juga dapat dilakukan. Hanya saja, biaya yang dibutuhkan sangat mahal. Sehingga pilihan penanggulangan melalui modifikasi temperature pun tidak begitu diminati.
IV. KESIMPULAN
وما خلقنا السّما ء والارض وما بينهما با طلا ذلك ظنّ الذ ين كفروافويل للّذين كفروامن النّا ر
Artinya: “ Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dengan sia – sia. Itu anggapan orang – orang kafir, maka celakalah orang – orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka”.[6]
Berdasar surah di atas, maka jelas bahwa Allah menciptakan alam semesta ini tidak sia – sia. Semua yang diciptakan – Nya pasti bermanfaat bagi manusia. Dan kita sebagai khalifah di bumi, sudah sepantasnya menjaga dan menfaatkan semua alam semesta ini dengan bijak.
Kerusakan alam atau perubahan iklim yang terjadi saat ini telah difirman kan oleh Allah jauh sebelum hal tersebut terjadi. Kerusakan dan perubahan alam ini pun juga akibat oleh ulah tangan manusia.
Dalam mengantisipasi perubahan iklim ini dapat dilakukan dengan berbagai macam hal. Antara lain dengan menbuat dan menggunakan tanaman transgenic dalam pertanian. Sehingga meski perubahan iklim telah terjadi, hal ini tidak lah berpengaruh pada pertanian.
V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami susun. Pemakalah sadar bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke - 3. Jakarta: Balai Pustaka.
Sastrawijaya, A. Tresna, M.Sc. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soeriaatmadja, R.E. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung: Penerbit ITB.
Sunarso, Indri, Puryadi, Aris Fitriyana, Robani, Jupri. 2005. Pengetahuan Geografi untuk SMP / MTs Kelas VII. Semarang: CV. ANEKA ILMU.
Yulipriyanto, Hieronymus. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[1] R.E. Soeriaatmadja, Ilmu Lingkungan, (Bandung : Penerbit ITB, 1997), hlm. 42
[2] QS: AR-RUM / 30: 41
[3] Indri Sunarso, Puryadi, Aris Fitriyana, Robani, Jupri. Pengetahuan Geografi untuk SMP / MTs Kelas VII. (Semarang: CV. ANEKA ILMU,2005) hlm. 101
[4] Hasan Alwi. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke - 3. (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)
[5] Hieronymus Yulipriyanto. Biologi Tanah dan Strategi Pengolahannya. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010) hlm.41
[6] QS SHAD / 38: 27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar